Tak tau harus dari mana aku memulainya. Kini status ku berpacaran dengan mu, tapi aku belum begitu mengenal kamu. Namun kini hari –hari ku tak lagi sepi, tiap pagi handpone ku berbunyi ada sms ucapan selamat pagi dari seorang lelaki yaitu kamu sang penunggu hati. Kali ini malam mingguku tak lagi sendiri. Aku tahu, aku belum begitu mengenalmu, namun aku yakin rasa itu pasti ada, rasa cinta yang tumbuh karena kebersamaan, saling pengertian , dan perhatian. Namun kali ini aku merasakan berbeda , karena aku telah jatuh cinta.
Tahukah kau wahai kau sang penunggu hati, kini tiap malam –malam ku adalah catatan tentang cinta, yang dinginnya kan menghangatkan dan memberi aroma dan rasa. Akan ku resapii dinginnya malam dan aku ingin tenggelam bersama cinta yang kau bawa. Andai benar aku yang kau cinta, seperti setiap kata yang kau bisikan, jujurkah engkau berbicara tentang CINTA ???
Namun, dalam minggu kedua kau berubah. Seperti rasa itu tak pernah ada. Sekali lagii pertanyaan itu muncul, Jujurkah kau berbicara tentang cinta seperti mana yang kau bisikkan, mengapa sanggup kau luluhkan perasaan ini, JUJURKAH KAU BERBICARA TENTANG CINTA KEPADA KU ? dan apa yang terjadi, kau biarkan aku sendiri, kehausan dalam mengenal cinta yang telah kau sebarkan di dada. Andai benar rasa itu ada, mengapa seolah kau padamkan apii cinta yang pernah kau tiupkan. Lantas aku kau biarkan aku kepayahan dalam mengenal cinta yang kau bawa. Mengapa???
Aku mencintai bukan membenci, ketika ku coba untuk memahami arti cinta yang sebenarnya, aku hanya bisa terdiam melihatnya, seakan pasrah dengan semua karena ku mencinta.
“ Maaf bukan aku melupakan mu, aku mau focus sama pekerjaan ku dulu. Jika sifat ku kurang enak dihati mu, maaf kan lah diriku “ kata-kata itu yang kau kirimkan pada ku, disaat aku menunggumu malam itu. Aku hanya diam. Tak sepatah katapun mampu terucap, bibirku serasa kelu untuk berkata, dalam kesunyian hati ku coba merenungi makna segala perkataan mu, ku coba untuk mengambil hikmahnya, mungkinkah ini nasibku???namun aku hanya bisa tersenyum. Kau ingkari hati mu demi untuk meraih sebuah harapan, kau mementingkan pekerjaan tanpa peduli sebuah hati telah tersakiti. Haruskah begini ?
Hatiku memang terasa pegitu perih, demi untuk sebuah harapan , pekerjaan, dan teman kau tak pedulikan aku…..kau lupakan diriku. Namun dalam kecewaku aku kagumi dirimu. Bulan pun bersembunyi malam itu, dan tak berani menampakan sinarnya. seolah tau bahwa ku sedang bersedih. Meratapi nasib cinta ku yang tak menentu.
Apakah diriku bersalah ??? sebuah pertanyaan yang tak dapat ku jawab sendiri, aku berharap jawaban dari pertanyaan itu kau yang menjawabnya. Namun apa hendak dikata kau menghilang dari pandangan. Menurut mu aku bagaimana???masih bersifat kekanak-kanakan kah diriku, manja atau terlalu egois???tolonglah jelaskan padaku…….agar aku bisa menjadi yang terbaik bagi dirimu.
(continued………………)